![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd-MkxtVhju9zxRTqhGIksTBUi1cXFDUEXcrvnL4S8LNvgQnbNhyphenhyphenNQQc0faJR7h3lNBG22muJJFjjCIIyvwN9zxFX9MOtOwWscxv5qCZy8__bjccmspi-v4uv_AViANk-F0BmWImGq9h0/s320/NTk1ODEyMjUz_o_ren-descartes.jpg)
Descartes mengatakan, manusia
memiliki kebebasan yang mana tidak dimiliki oleh hewan. Hewan dalam prilakunya
selalu terbentuk secara otomatis, bukan dengan kebebasan karena hewan tidak
memiliki jiwa sebagai dasar kemandirian substansi.
Adapun kesamaan antara hewan dan
manusia adalah pada jasmani atau tubuhnya, karena itu bisa dikatakan bahwa
sesungguhnya tubuh manusiapun sebenarnya berjalan secara otomatis dan tunduk
kepada hukum-hukum alam.
Descartes selanjutnya menyebut
tubuh adalah sebagai L`homme machine atau mesin yang bisa berjalan
secara otomatis (berjalan sendiri). Badan bisa bergerak, bernafas, mengedarkan
darah dan seterusnya tanpa campur tangan pikiran atau jiwa. Perbedaannya adalah
kalau pada manusia mesin ini diatur atau dikontrol oleh jiwa sementara pada
hewan mesin ini berjalan secara alami atau otomatis.
Bagaimana jiwa mengatur atau
mengontrol tubuh (mesin), Descartes menjelaskannya dengan menunjukkan sebuah
kelenjar kecil (glandula pinealis) yang ada di otak sebagai semacam
jembatan. Dengan adanya kelenjar kecil yang berfungsi sebagai jembatan
penghubung ini maka tubuh bisa merepleksikan aktifitas-aktifitas unik seperti
gembira, bersedih, tertawa , murung dan lain-lain.
Etika
Dalam hal etika, Descartes
mempunyai pandangan dualitas dimana disatu sisi dikatakan manusia bebas dan
independen dan disisi lainnya dikatakan bahwa kebebasan tersebut tidak
independen melainkan dituntun oleh Tuhan.
Descartes mengatakan, untuk
mencapai jiwa yang bebas dan independen maka kita harus mengendalikan
hasrat-hasrat yang ada didalam diri kita sehingga jiwa bisa menguasai tingkah laku
kita sepenuhnya. Dengan menguasai atau mengontrol hasrat dan tingkah laku,
manusia bisa memiliki kebebasan spiritual. Hal ini bisa terjadi karena hasrat
dan nafsu seperti : cinta, kebencian, kekaguman, kegembiraan, kesedihan
dan gairah dianggap sebagai keadaan pasif dari jiwa dan jika manusia mampu
menaklukkan nafsu-nafsu ini maka dia akan bebas dan independen.
Akan tetapi kata Descartes, yang
disebut bebas dan independen dalam pengertian otonomi tersebut bukanlah bebas
mutlak melainkan bebas berdasarkan penyelenggaraan Ilahi.
Problem dan Pengaruh Filsafat Descartes
Pandangan Filsafat Descartes
terutama tentang dasar filsafat cogito nya, selanjutnya dipercaya
sebagai tonggak dimulainya filsafat rasionalis. Dengan cogito
Descartes mengandaikan bahwa pikiran atau kesadaran akan melukiskan kenyataan
diluar pikiran kita, dengan kata lain keadaan diluar pikiran atau kenyataan
yang kita temui diluar pikiran adalah bersumber dari pikiran atau kesadaran
diri kita. Dengan cara menyadari kesadaran diri kita sendiri maka kita
akan mengenal dunia diluar diri kita.
Pandangan Descartes tersebut
dikemudian hari malah menimbulkan problem yang sangat mendasar, jika dikatakan
bahwa pikiranlah yang melukiskan kenyataan diluar pikiran, namun pada kenyataan
tidak disemua lukisan akan menampilkan kenyataan.
Dengan kata lain, Descartes
hanya berpijak kepada salah satu alat sementara alat yang lainnya ( kenyataan material
) diabaikan. Descartes beranggapan bahwa hanya dengan rasio atau kesadaran (cogito)
maka kita akan mengenali diri dan pikiran kita, sementara kenyataannya kita
masih melihat adanya ada lain di alam kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar