Diberdayakan oleh Blogger.
Kamis, 22 Agustus 2013


1. Riwayat hidup Plato
Plato lahir pada tahun 428/7 sebelum masehi dari keluarga terkemuka di Athena, ayahnya bernama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Ketika bapaknya meninggal ibunya mnikah lagi dengan adik ayahnya Palto yang bernama Pyrilampes yang tidak lain adalah seorang politikus, dan Palto banyak terpengaruh dengan kehadiran pamannya ini. Karena sejak kehadiran pamannya ini ia banyak bergaul dengan para politikus Athena.


2. Hakikat tentang pengetahuan

Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indra tidak pasti dan lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya (bayangan), yang menyimpang dari kenyataan sebenarnya. Pengetahuan yang benar hanyalah merupakan hasil akal belaka, karena akal dapa memebrdakan bentuk spiritual murni dari benda-benda di luar penjelmaan spiritual. Demikian menurut plato. Idealisme metafisik percaya bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan tentang realitas, karena realitas pada hakikatnya spiritual, sedangkan jiwa manusia merupakanbagiab dari subtansi spiritual tersebut.

Hegel menguaraikan konsep Plato tentang teori pengetahuan dengan mengatakan bahwa pengetahuan dikatakan valid, sepanjang sistematis, maka pengetahuan manusia tentang relitas adalah benar dalam arti sistemtis. Dalam teori pengetahuan dan kebenaran, idealisme merujuk pada rasionalisme dan teori koherensi. Teori koherensi didasari oleh pendapat bahwa item-item particular pengetahuan menjadi signifikan apabila dilihat dalam konteks keseluruhan. Oleh karena itu semua ide dan teori harus divaliditasi sehubungan dengan koherensinya (kesesuaiannya) dalam pengembangan sistem pengetahuan yang telah ada sebelumnya.

Jadi, rasinalisme mendasari teori pengetahuan idealisme, mengemukakan bahwa indera kita hanya memebrikan materi mentah bagi pengetahuan. Pengetahuan tidak ditemukan dari pengalaman indera melainkan dari konsepsi, dalam prinsip-prinsip sebagai aktivitas jiwa. Jiwa manusialah yang mengorganisasikan pengalaman indera. Matematika melengakapi pola berpikir manusia. Dengan matematika manusia mampu mengembangkan inteleknya. Sains fisik tidak akan berkembang tanpa menggunakan matematika. Indera dapat menipu manusia yang berpikir, tidak sesuai antar pengamatan sebagai laporan indera dengan kenyataan, apalagi pengamatan indera bias dipengaruhi oleh ilusi, halusinasi, dan fantasi.

Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolute. Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik, atau tidak cantik,secara fundamental tidak berubah generasi ke generasi. Pada hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, merupakan bagian dari alam semesta.

Plato mengemukakan bahwa jika manusia tahu apa yang dikatakannya sebagai hidup baik,mereka tidak akan berbuat hal-hal yang bertentangan dengan moral. Kejahatan terjadi karena orang tidak tahu bahwa perbuatan tersebut jahat. Jika seseorang menemukan sesuatu yang benar, maka orang tersebut tidak akan berbuat salah lagi. Namun yang menjadi persoalan adalah, bagaimana hal tersebut dapat dilakukan apabila manusia memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam pikirannya tentang hidup yang baik. Dalam hal ini plato menjawab, bahwa hakikat penemuan hidup yang baik merupakan tugas intelektual, seperti halnya menemukan kebenaran matematika. Selanjutnya plato mengemukakan, bahwa kehidupan yang baik hanya dapat terwujud dalam masyarakat yang ideal yang diperintah oleh “The philopher kings”, yaitu kaum intelektual, para ilmuwan, atau para cendekiawan.



4. Implikasi terhadap pendidikan

Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang-orang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui kebesaran hasil pemikirannya, baik yang memberikan persetujuannya maupun memberikan kritik, bahkan penolakan.

Filsafat idealisme diturunkan dari filsafat idealisme metafisik, yang menekankan pertunbuhan rohani. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan potensialutasnya. Oleh karena itu, pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus menekankan kesesuaian batin antara anak dan alam semesta. Selanjutnya menurut Horne, pendidikan merupakan proses abadi dari penyesuaian dan perkembangan mental maupun fisik, bebas, dan sadar terhadap Tuhan, dimanifestasikan dalam lingkungan intelektual, emosional, dan berkemauan. Pendidikan merupakan pertumbuhan keaarah tujuan, yaitu pribadi manusia yang ideal.

Seorang guru yang menganut paham idealisme harus membimbing atau didiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan-kemungkinan(batin) yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus mewujudkan sedapat mingkin watak yang terbaik. Socrates, Plato, dan Kant yakin bahwa pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dari dalam diri siswa, bukan dimasukan atau dijejalkan ke dalam diri siswa.

Sehubungan dengan teori pengetahuan, intelek, atau akal memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan proses belajar mengajar. Mereka yakin bahwa akal manusia dapat memperoleh pengetahuan dan kebenaran sejati. Jadi, penegetahuan yang diajarkan di sekolah harus bersifat intelektual. Filsafat, logika, bahasa, dan matematika akan memperoleh porsi yang besar dalam kurikulum sekolah. Inilah konsep pendidikan yang beradasarkan pandangan idealisme.

Yang terakhir berkaitan dengan teori nilai. Kepada siswa hendaknya diajarkan niali-nilai yang tetap, abadi, dan bagaimana melaksanakannya yang bersesuaian dengan pencipta nilai, pencipta alam semesta. Letakkan anak selaras dengan keseluruhan batin yang ia miliki. Siswa akam menyadari bahwa kejahatan tidak hanya akan mengganggu dirinya, mengganggu masyarakat dan umat manusia, tetapi akan mengganggu seluruh roh dalam jagat raya ini. Niali itu signifikan sepanjang berkaitan dengan tata niali spiritual yang sempurna dari alam semesta, suatu aturan dimana guru dapat menjelaskannya kepada siswa. Kejahatan terjadi karena ketidakberesan dan kesalahan sisten yang terdapat pada alam semesta. Di sekolah tidak ada siswa yang betul-betul jahat, melainkan hanya ada siswa yang telah menyimpang atau tidak sepenuhnya memahami nilai-nilai yang fundamental yang terdapat pada alam semesta.

Idealisme memiliki tujuan pendidikan yang pasti dan abadi, dimana tujuan itu berada di luar kehidupan sekarang ini. Tujuan pendidikan idealisme akan berada di luar kehidupan manusia itu sendiri, yaiu manusia yang mampu mencapai dunia cita, manusia yang mampu mencapai dan menikmatikehidupan abadi, yang berasal dari Tuhan.

Power (1982 : 89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut :

1. Tujuan pendidikan

Pendidikan formal dan infomasi bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat atas kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.

2. Kedudukan siswa

Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya.

3. Peranan guru

Bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.

4. Kurikulum

Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis dalam memperoleh pekerjaan.

5. Metode

Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

0 komentar: